Minggu, 26 April 2009

TEORI QUANTUM LEARNING MENURUT PERSFEKTIP ISLAM

TEORI QUANTUM LEARNING MENURUT PERSFEKTIP ISLAM
Oleh: Hj. A. Ria Warda, M.

Abstrak
Kata-Kata Kunci:
Pendahulua Sejak manusia menghendaki kemajuan , maka sejak itu timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Pendidian berkembang dari yang sederhana yang berlangsung dalam zaman di mana manusia masih berada dalam ruang lingkup kehidupan yang serba sederhana. Akan tetapi ketika manusia telah dapat membentuk masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup yang makin tinggi, pendidikan ditujukan bukan hanya pada pembinaan keterampilan melainkan kepada pengembangan kemampuan teoritis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berfikir ilmiah (Prof. H. M. Arifin, M. Ed, Ilmu pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, cet. 5 Jakarta: Bumi Aksara, 2000, Hal. 2)
Kemampuan konsepsional demikian berpusat pada pengembangan kecerdasan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, faktor daya fikir manusia menjadi penggerak terhadap daya-daya lainnya untuk menciptakan peradaban dan kebudayaan yang makin maju pula. Maka dalam proses perkembangan sejarah pendidikan, masyarakat manusia menciptakan bentuk-bentuk kehidupan yang bersifat dinamis, oleh karena antara pendidikan dengan masyarakat manusia terjadi proses saling pengaruh-mempengaruhi (interaktif). Disatu pihak masyarakat dengan cita-citanya, mendorong terwujudnya pendidikan sebagai sarana untuk merealisasikan cita-cita, sedang dilain pihak pendidikan itu mencambuk masyarakatnya untuk bercita-cita lebih maju lagi bahkan pendidikan dalam suatu-waktu tertentu menjadi pendobrak terhadap keterbelakangan cita-cita masyarakatnya. (ibid)
itulah salah satu cirri dari masyarakat yang dinamis dimana perubahan-perubahan dalam pendiidkan menjadi tumpuan kemajuan, dan perkembangan hidupnya. Perubahan-perubahan dalam pendidikan memang seharusnya terjadi mengingat bahwa perkembangan zaman yang senantiasa menuntut adanya kedinamisan. Berbagai pola dan cara ditempuh untuk menciptakan suasana pendidikan yang efektif dan efisien. Agar nuansa pendidikan mengarah kepada terciptanya tenaga-tenaga yang terampil dan punya nilai yang tinggi.
Salah satu temuan yang diperkenalkan pada akhir abad ke 20 adalah metode atau teknik Quantum Learning. Awal mula dari penerapan metode quantum learning dilakukan pada awal tahun 1980-an yang diterapkan pada suatu perkampungan yang disebut SuperCamp. Inilah cikal bakal sehingga prinsip dan metode Quantum Learning mulai diperkenalkan ke dunia pendidikan. Di SuperCamp diajarkan bagaimana menumbuhkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. (Bobbi Deproter dan Mike Henarcki, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, cet. XIV Bandung, Kaifa, 2002 hal. 4-5) Metode ini pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat oleh praktisi pendidikan bernama Bobbi Deporter dan Mike Hernacki. Pada dasarnya metode ini mencoba mengajak murid sekolah untuk menciptakan suatu sistem suasana belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Teknik atau metode ini akan membawa kepada kemampuan untuk mengasah diri dan mengenali potensi yang ada dalam diri dan mengenali potensi yang ada dalam diri manusia. Berdasarkan hal tersebut di atas maka yang menjadi pokok permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana pengertian Quantum Learning dan bagaimana sistem dan metode Quantum Learning menurut persfektip Islam.
Pengertian Quantum Learning
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis kerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia. (ibid., hal 14) Pada musim gugur 1981, Eric Jensen, Gerg Simons dan Bobbi Deporter mengadakan program bagaimana cara belajar. Program ini diadakan KirKwood Meadows, California (daerah pegunungan yang indah di dekat Danau Lahore). Dimulai dengan berbincang-bincang dengan hampir dua ratus orang tua tentang apa yang paling diperlukan anak-anak. Kemudian bekerjalah mereka dengan mennciptakan program sepuluh hari yang mengombinasikan penumbuhan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan (ibid., Hal 4).
Pada musim panas 1982, kelompok pertama yang terdiri enam puluh delapan remaja tiba diperkemahan. Sebagian besar dari mereka merasa enggan, curiga, dan tidak mau bekerjasama, khawatir kalau program ini tidak baik dan berakibat fatal bagi mereka para remaja. Tetapi setelah beberapa saat berjalan mulai terlihat terobosan-terobosan yang mengagumkan dalam artian program ini berhasil. Luaran SuperCamp yang melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dan berkarir mencapai sukses besar. (ibid., hal 6)
Di SuperCamp, semua kurikulum secara harmonis merupakan kombinasi dari tiga unsur: keterampilan akademis, prestasi fisik, keterampilan dalam hidup. Yang mendasari kurikulum ini adalah filsafat dasar, yaitu bahwa agar lebih efektif, belajar dapat dan harus menyenangkan.
Lebih lanjut, Bobbi DePorter dan Mike Hernacki mendefenisikan Quantum Learning sebagai “Interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam Fisika. Kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan énergi atau E = mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Metode Quantum Learning (ibid ha 14-16)
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestologi” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupu negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru--guru yang terlatih baik, dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah “pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefenisikan “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berfikir, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerjasama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif, faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan “pegangan” dari saat-saat keberhasilan.
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, tehnik pemercepatan belajar, NLP dengan teori, keyakinan. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
· Teori otak kanan/kiri (fungsi otak kanan: acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Sedangkan otak kiri: logis, sekwensial, linear, dan rasional. )
· Teori otak triune (1. Batang atau otak reptilia; fungsi motor sensorik, kelangsungan hidup, dan hadapi atau lari. 2. Sistem limbik atau otak mamalia; perasaan /emosi, memori, bioritmik, dan sistem kekebalan. 3. Neokorteks atau otak berfikir; berfikir intelektual, penalaran, perilaku waras, bahasa, dan kecerdasan yang lebih tinggi.)
· Pilihan modalitas (Visual, auditorial, dan kinestetik).
· Teori kecerdasan ganda
· Pendidikan holistik (menyeluruh)
· Belajar berdasaran pengalaman
· Belajar dengan simbol (methaporic learning)
· Simulasi/permainan.
Quantum Learning Menurut Persfektip Islam
Hal paling berharga dalam belajar adalah mengadakan program bagaimana cara belajar. Untuk berhasilnya program ini tentunya melalui proses yang terarah dan bertujuan yakni mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya. Di samping itu dalam penyajian materi harus mampu menyentuh jiwa dan akal peserta didik, sehingga mereka dapat mewujudkan nilai etis atau kesucian, yang merupakan nilai dasar bagi seluruh aktifitas manusia, sekaligus harus mampu melahirkan keterampilan dalam materi yang diterimanya.
Dapat dikatakan bahwa tujuan Quantum Learning menurut pandangan Islam adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya. Manusia yang dibina adalah mahluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan inmaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akal menghasilkan ilmu. Pembinaan jiwa menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan jasmani menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhuk dwidimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan amal. (M. Quraisy Shihab, Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, cet. II,Bandung: Mizan 1992 hal. 173)
Adapun tentang belajar, dalam Islam dikatakan bahwa belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat. Sasarannya amat panjang, yaitu selama hayat dikandung badan, dari buaian sampai ke liang lahat. Belajar termasuk jenis ibadat mengingat tujuannya mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana halnya shalat, maka dalam belajar, siswa pertama-tama harus berjiwa bersih, terhindar dari budi pekerti yang hina dan sifat-sifat yang tercela. Termasuk sifat-sifat yang rendah atau tercela adalah marah, bersyahwat, sakit hati, dengki, tinggi hati, merasa super dan sebagainya. Pendapat al-Gazali tentang wajibnya membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela agar dalam membaca materi pelajaran, siswa dapat memahami, mengamalkan dan mengambil manfaat dari apa yang dibacanya. (Fathiyah Hasan Sulaiman, diterjemahkan oleh Z. S. Nainggolan, Hadri Hasan, Sistem Pendidikan Menurut al-Gazali Solusi Menghadapi Tantangan Zaman, Jakarta: Dea Press, 2000, hal. 67.)
Iqra` atau bacalah,kata ini sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama. Membaca adalah merupakan kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.Mungkin mengherankan bahwa perintah tersebut ditujukan pertama kali kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab sebelum turunnya al-Qur`an bahkan seorang yang tidak pandai membaca suatu tulisan sampai akhir hayatnya.Namun keheranan ini akan sirna jika disadari arti Iqra` dan disadari pula bahwa perintah ini tidak hanya ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad Saw semata-mata, tetapi juga untuk manusia sepanjang sejarah kemanusiaan.Karena realisasi perintah tersebut merupakan kunci pembuka jalan kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.(M.Quraisy Shihab,op.cit.,h.167). Iqra`, yang diterjemahkan ‘bacalah’, tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis yang dibaca tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.Penerapan metode Quantum learning seperti kegiatan tadabbur alam misalnya,mengantar siswa untuk mengetahui kebesaran Allah bukan lewat teks tapi langsung melihat dalam alam nyata.
Dalam belajar para siswa tidak hanya dituntut untuk mempelajari,menekuni, dan menguasai berbagai pelajaran dalam bentuk teori saja seperti membaca dan menulis.Namun mereka juga diarahkan untuk dapat melakukan kerja praktek di lapangan melalui berbagai kegiatan “ekstra kurikuler” sesuai konsep pendidikan islam,yang dapat diambil manfaatnya dan dapat menghasilkan pengalaman belajar yang sifatnya bukan hanya hiburan semata melainkan juga punya nilai pendidikan,seperti olahraga,darmawisata,berkemah,berdiskusi dan lain sebagainya.
Metode Quantum Learning menurut pandangan Islam
Tehnik atau metode Quantum Learning menurut pandangan Islam secara berurutan dapat dilihat berikut ini:
a. Metode situasional
b. Metode terchieb wat targhieb
c. Metode conditioning
d. Metode kebermaknaan
e. Metode dialogis
f. Metode enquiry dan discovery
g. Metode uswatun hasanah
h. Metode kasih sayang
i. Metode bercerita
j. Metode hukuman dan hadiah (H.M.Arifin,M.Ed,op.cit.,h.214-218 dan Fathiyah Hasan Sulaiman,op.cit.,h.57-66).

* Metode situasional yang mendorong anak didik untuk belajar dengan perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan.
* Metode terchieb wat targhieb, yang mendorong anak didik untuk belajar atas dasar minat yang berkesadaran pribadi,terlepas dari paksaan atau tekanan mental.
* Metode belajar yang berdasarkan conditioning,yang dapat meningkatkan konsentrasi dan perhatian anak didik terhadap pelajaran yang disajikan oleh guru (pendidik).
* Metode yang berdasarkan prinsip kebermaknaan,menjadikan anak didik menyukai dan bergairah dalam belajar karena menyadari bahwa pelajaran yang diberikan oleh guru akan memberikan makna bagi kehidupannya lebih lanjut.
* Metode dialogis yang melahirkan sikap demokratis dimana anak didik tidak bergantung sepenuhnya kepada guru (pendidik). Metode ini akan mendorong guru dan siswa untuk saling memberi dan menerima (take and give).
* Metode enquiry (menyelidiki) dan metode discovery (menemukan) ilmu pengetahuan baru dari dirinya sendiri dan dari lingkungan sekitarnya. Metode ini mendorong anak didik untuk belajar secara aktif,inovatif dan kreatif.
* Metode pemberian contoh tauladan yang baik(uswatun hasanah) terhadap anak didik. al-Gazali mengungkapkan bahwa guru bagi siswa adalah ibarat bayangan dari kayu.Bayangan tidak mungkin lurus apabila kayunya bengkok.Jadi guru mestinya meniru Nabi Muhammad Saw.sebagai suri tauladan yang baik,agar anak didik memperoleh dan berperilaku baik.
* Metode yang menitikberatkan pada bimbingan berdasarkan rasa kasih sayang.Dalam hal ini al-Gazali juga memandang penting hubungan antara guru dan siswa,mengingat keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh hubungan kasih sayang dan santun yang seharusnya mengikat antara guru dan siswa.Hubungan seperti ini akan menjamin rasa tenteram siswa terhadap gurunya sehingga siswa tidak menjadi takut kepada gurunya dan guru tidak pula meninggalkan pelajaran yang diasuhnya. Sehingga pembelajaran dapat berlangsung intensif.
* Metode pemberian hadiah dan hukuman yang tujuan pokoknya untuk membangkitkan perasaan tanggung jawab anak didik.Hadiah dan hukuman yang bersifat materil dan moril yang akan diberikan harus didasarkan atas bobot dari perilaku belajar siswa yang seringkali berbuat keliru atau berbuat benar.
* Metode bercerita. Allah memerintahkan manusia agar menceritakan kasus-kasus sejarah masa lampau untuk menunjukkan fakta-fakta kebenaran.Dari segi psikologis, metode ini mengandung makna reinforcement (penguatan) pada diri anak didik agar tahan uji dalam berjuang melawan keburukan.

Metode-metode yang dipaparkan di atas,dapat dijadikan acuan /pegangan demi terciptanya model-model proses pembelajaran yang bersifat lentur dan kontekstual terhadap tuntutan kebutuhan hidup anak didik sebagai hamba Allah dan sebagai anggota masyarakat. Dan diharapkan menjadi pegangan dalam pengembangan hidup anak didik yang berorientasi pada potensi keimanan dan ilmu pengetahuan.

Kesimpulan
Metode Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar yang membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan,penuh kegembiraan dan bermanfaat.

Metode Quantum Learning menurut persfektip Islam mengarahkan anak didik pada titik optimal kemampuannya, dapat memberikan perasaan gembira dan kesan yang menyenangkan. Dengan metode belajar yang tepat guna,berdaya guna dan berhasil guna serta berarah tujuan pada cita-cita Islam, dunia dan akhirat,ilmu dan amal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tolong masukannya untuk pengembangan blogger ini...thank's all.